Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia, Organisasi Politik

Organisasi di Bidang Politik
  1. Indische Partij
Didirikan pada 25 Desember 1912 oleh E. F. E. Douwes Dekker yang kemudian dikenal dengan nama Danudirdja Setyabuddhi. Sebelumnya dia juga telah mendirikan organisasi lain yang didirikannya tahun 1898 yaitu Indische Bond sebagai organisasi kaum indo dan eropa di Indonesia. Ketika melihat adanya diskriminasi kepada kaum indo dan sistem kolonial yang hanya menyengsarakan kaum indo maka dia mendirikan sebuah Partij: Indische Partij sebagai alat perangnya. Selain itu juga dalam karangannya yang berjudul Het Tijdschrift dan De Express yang didalamnya terdapat propaganda mengenai bahaya dari praktek sistem kolonial terhadap kaum indo dan bumiputra.
Sebagai persiapan pendirian Indische Partij hal yang dilakukan Douwes Dekker adalah melakukan beberapa pertemuan dengan tokoh-tokoh besar dan lembaga lainnya yang mendukung perjuangannya seperti dokter Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Suryaningrat, Abdul Muis, Redaktur surat kabar Tjahaya Timoer dan beberapa tokoh serta redaktur surat kabar lainya. Yang kesemuanya mendukung berdirinya Indische Partij sebagai organisasi pelopor gerakan revolusioner berdasarkan pada konsepsi nasional yang luas. Hal ini terjadi karena Budi Utomo dan Sarekat Islam belum mampu menunjukkan gerak revolusionernya.
Setelah itu pada tanggal 25 Desember 1912 berdirilah Indische Partij yang bertujuan untuk membangun patriotisme semua Indiers terhadap tanah air yang telah memberi lapangan kehidupan kepada mereka, agar mereka mendapat dorongan untuk bekerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan untuk memajukan tanah air Hindia dan untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka (E. F. E. Douwes Dekker, 1913:51-52).
Indische Partij berdiri sebagai suatu organisasi yang radikal dan merupakan partai politik pertama di Indonesia yang berdasarkan jiwa nasionalisme yang tinggi untuk mencapai kemerdekaan Indonesia sebagai national home bagi semua ketrurunan bumiputra, belanda, cina, arab, dan lain sebagainya, yang mengakui Hindia sebagai tanah air dan kebangsaanya. Inilah paham yang dahulu disebut Indisch Nationalisme yang pada hari kemudian menjadi paham dari Perhimpunan Indonesia dan PNI.
Pemerintah Hindia-Belanda akhirnya mengambil sikap tegas terhadap Indische Partij. Pada tanggal 4 Maret 1913 surat permohonan untuk mendapat pengakuan sebagai lembaga hokum ditolak oleh Gubernur Jenderal, dengan alasan bahwa Indische Partij merupakan partai yang berdasarkan politik dan mengancam keamanan publik. Selanjutnya pada tanggal 11 Maret 1913, audiensi yang diadakan oleh pihak pimpinan Indische Partij dengan Gubernur Jenderal dan diubahnya dua pasal dasar tetap saja tidak merubah keputusan pemerintah hindia-Belanda dan Indische Partij merupakan partai terlarang.
Pada saat peringatan ke-100 kemerdekaan Negeri Belanda dari penjajahan Perancis, di Bandung kemudian di bentuk suatu komite yang hendak bertujuan untuk mengirimkan telegram kepada Ratu Belanda yang isinya mengandung permintaan pencabutan pasal III R. R. (Reglement op het beleid der Regeering), dibentuknya majelis perwakilan rakyat sejati dan ketegasan adanya kebebasan berpendapat di daerah jajahan. Salah satu pemimpin dari komite ini adalah Suwardi Suryaningrat, menulis sebua risalah yang berjudul ” als ik een nederlander was …”, yang isinya merupakan sindiran tajam atas ketidak adilan di daerah jajahan.
Karena tindakan dari komite ini maka Douwes Dekker,dr. Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat dibuang ke Belanda sebagai hukuman. Setelah kepergian ketiga tokoh tersebut maka perlahan tapi pasti akhirnya Indische Partij mulai menurun, yang pada akhirnya berganti nama menjadi Partai Insulinde. Azas yang digunakan adalah mendidik suatu nasionalisme Hindia dengan memperkuat cita-cita persatuan bangsa.
Namun karena pengaruh yang kuat dari Partai sarekat Islam banyak tokoh yang mulai berganti haluan dan membuat Partai Insulinde menjadi lemah. Sejak kedatangan Douwes Dekker pada tahun 1918 dari pembuangan ternyata tetap saja tidak membawa pengaruh yang signifikan, pada akhirnya tahun 1919 berganti nama lagi menjadi National Indische Partij akan tetapi tidak memiliki pengaruh yang kuat yang kemudian hanya menjadi wadah perkumpulan para pelajar saja.
  1. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia didirikan oleh orang-orang Indonesia yang tinggal di belanda pada tahun 1908, semulai bernama Indische Vereeniging. Beberapa tokoh pendirinya adalah Sutan Kasayangan dan R. N. Noto Suroto. Tujuan dibentuknya adalah sebagai bentuk untuk memajukan kepeningan bersama yang berasal dari orang-orang Indonesia yang tinggal di Belanda serta hubungan dengan Indonesia. Awalnya semua kegiatan hanya bersifat organisasi sosial saja namun pada akhirnya setelah berakhirnya Perang Dunia I timbul rasa persatuan dan sikap anti kolonialisme dan imperialisme terhadap penjajah dari para tokoh Indische Vereeniging. Terlebih lagi sejak presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson menyatakan bahwa setelah berakhirnya Perang Dunia I negara yang terjajah berhak untuk menentukan nasib dan kemerdekaan mereka sendiri.
Pada tahun 1922 berganti nama menjadi Indonesische Vereeneging dan pada tahun 1925 resmi memakai nama dalam bahasa Indonesia yaitu Perhimpunan Indonesia, dengan demiian maka sekarang bukan lagi organisasi sosial tetapi termasuk juga dalam bentuk partai politik. Azas yang dipakai adalah mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia yang bertanggung jawab hanya kepada rakyat Indonesia semata-mata, bahwa hal yang demikian itu hanya akan didapat dengan usaha orang Indonesia sendiri tanpa bantuan siapapun dan perpecahan harus dihindari gar segera terbentuk suatu bentuk yang diharapkan saat ini.
Sejak tahun 1923 Perhimpunan Indonesia aktif berjuang dalam segala bentuk upaya perjuangan kemerdekaan Indonesia apalagi setelah M. Hatta dan A. Subardjo bergabung bergabung dan pernah menjadi ketua, serta menyatakan diri keluar dari Indonessisch Verbond van Studeerenden karena sudah tidak memerlukan lagi peranan dari wadah perkumpulan ini. Pada tahun itu juga Perhimpunan Indonesia menerbitkan buku yamg berjudul Gedenkboek 1908-1923: Indonesische Vereeneging yang menggemparkan orang-orang Belanda. Kemudian mengganti nama majalahnya yang semula bernama Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka pada tahun 1924.
Dalam dunia international Perhimpunan Indonesia juga turut aktif dalam hubungan kerja sama dengan organisasi lain di Asia-Afrika yang anti penjajahan. Pemerintah belanda mulai mengawasi kegiatan dari Perhimpunan Indonesia setelah M. Hatta menuntut kemerdekaan Indonesia dalam kongres ke-6 Liga Demokratie internasional di Paris bulan agustus 1926. Ditambah lagi dengan perjanjian rahasia dengan Semaun seorang tokoh dari PKI pada 5 Desember 1926 yang berisi tentang dukungan penuh dari PKI terhadap Perhimpunan Indonesia selama tetap konsekwen terhadap cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Akhirnya pemerintah Belanda bertindak tegas menangkap dan memenjarakan keempat tokohnya yaitu: M. Hatta, Nazir Pamontjak, Abdulmadjiid djojoadinimgrat, dan Ali sastroamidjojo pada 10 juni 1927 atas tuduhan menghasut rakyat untuk memberontak kepada pemerintah Belanda. Namun pada persidangan di Den Haag pada 22 Maret 1928 dinyatakan bebas karena tidak terbukti bersalah.
  1. Partai Komunis Indonesia
Paham Marxisme datang ke Indonesia pada masa Perang Dunia I yang dimulai oleh H. J. F.M. Sneevliet yang merupakan seorang pemimpin buruh negeri Belanda dan anggota Sociaal democratische Arbeiderspartij (SDAP) atau Partai Buruh Sosial Demokrat. Semula ia hanya bekerja sebagai staf redaksi disebuah surat kabar Soerabajaasch Handeelslad kemudian pindah ke Semarang tahun 1913 menjadi sekretaris pada semarangse Handelsvereeneging. Baginya pindah ke semarang merupakan suatu keuntungan dimana disana terdapat Vereeneging van Spoor en Tramweg Personeel (VSTP) yaitu serikat buruh tertua di Indonesia dan menjadi ketuanya.
Pada 9 Mei 1914 bersama dengan J. A. Brandsteder, H. W. Dekker dan P. Begsma atas prakarsanya berdirilah Indische Sociaal-Democratische Vereeneging (ISDV) dan menerbitkan majalah Het Vrije Woord. Namun karena merasa organisasinya kurang diterima masyarakat akhirnya membentuk sekutu dengan Insulinde yang memiliki anggota lebih dari 6000 orang pada tahun 1917 tetpi kurang berhasil karena tujuan awal ISDV tidak tercapai. Salah satu usaha yang cukup berhasil adalah dengan infiltrasi yaitu menyusup kedalam tubuh sarekat Islam, caranya adalah anggota ISDV menjadi anggota SI dan menjadikan anggota SI menjadi ISDV. Selain itu dengan memanfaatkan efek dari panen padi yang jelek serta ketidak-puasan tehadap upah buruh yang dinilai kecil. Kemudian beberapa tokoh SI berhasil dipengaruhi seperti Semaun dan Darsono.
Dalam tubuh ISDV sendiri juga mnalami perpecahan karena ketidak cocokan dengan pemimpinnya dan akhirnya sebagian yang merasa tidak cocok keluar mengundurkan diri dan mendirikan SDAP cabang Hindia-Belanda yang kemudian menjadi Indische Sociaal-Democratische Partij (ISDP).
Kemudian pada saat kemenangan kaum Boljsyevik di Rusia disambut dengan penuh antusiasme dari ISDV dan pada 1917 mengorganisir demonstrasi. Darsono melalui surat kabar menyerukan pemberontakan dan mengibarkan bendera merah, sedangkan para partai moderat seperti Budi Utomo, Insulinde, ISDP, dan Si mendesak agar pemerintah elanda segera menggantikan Volksraad dengan perlemen pilihan rakyat. Melihat hal ini pemerintah mengambil sikap tegas dengan menangkap para demonstran serta membawa kepersidangan, Sneevliet diusir dari Hindia-Belanda dan Darsono dengan beberapa tokoh Indonesia ditangkap. Akhir tahun 1918 ISDV dinyatakan telah mati.
Ketika ISDP mempermaklumkan diri menjadi Partai Komunis Belanda (CPN), langkah tersebut juga di ambil oleh ISDV yang berganti menjadi Perserikatan Kommunist di Hindia. Kemudian pada bulan Desember 1920 berubah lagi menjadi Partai komunis Indonesia yang diketuai oleh Semaun.partai tetap memegang teguh prinsip internasionalis dan nasionalis sebagai musuh. PKI berafiliasi dengan komintren.
Pada 25 Oktober 1922 PKI semakin kuat dan berhasil mengimbangi SI-Tjokroaminoto dengan SI-Merah yang pada bulan Maret 1923 diputuskan mendirikan SI-Merah dimana ad SI-Putih. Dan mengubah nama SI-Merah menjadi Serekat Rakyat untuk membedakannya. Organisasi PKI bertambah kuat lagi setelah Darsono kembali lagi ke Indonesia untuk mendampingi Semaun, serta tokoh-tokoh seperti alimin yang memimpin SI-Merah dan Muso yang berasal dari PKI cabang Jakarta. Walaupun pada akhirnya SI-Merah dilebur menjadi satu akibat dari perpecahan ditubuh PKI sendiri.
Setelah berhasil menjadi partai terkuat PKI melakukan pemberontakan pada 13 November 1926, meskipun banyak tokoh yang tidak menyetujui pemberontakan terebut karena merasa PKI belum mampu. Dan akhirnya muncullah pemberontakan di Jakarta kemudian di Jawa Barat, Jawa tengah, dan Jawa Timur. Semua pemberontakan terebut dapat padamkan, selanjutnya para pemberontak ditangkap, dipenjara dan pembuangan ke Tanah Merah, Digul Atas, Irian Jaya. Dan sejak peristiwa tersebut pergerakan nasioanal Indonesia dibatasi ruang geraknya.
  1. Partai Nasional Indonesia
Setelah kegagalan PKI menjadi partai terlarang akibat pemberontakannya maka dirasakan perlu adanya wadah baru penyalur aspirasi rakyat. Gagasan pertama muncul dari Ir. Sukarno pada tahun 1925 mendirikan Algemeene Studie Club di Bandung. Landasan pergerakannya adalah Nasionalisme,Islamisme, dan Marxisme, yang dianggap dapat menjadi landasan pegaerakan nasional secara garis besar dan sebagai alat pemersatu pergerakan rakyat.
Pada 4 Juli 1927 diadakn rapat mengenai pendirian Perserikatan Nasional Indonesia yang dihadiri oleh Ir. Sukarno, Tjipto Mangunkusumo, Soedjadi, mr. IskaqTjokrohadisurjo, Mr. Budiarto dn Mr. Sunario (ketiganya tokoh dari perhimpunan Indonesia). Dalam rapat tersebut Tjipto Mangunkusumo tidak setuju, beliau lebih memilih meneruskan pergerakan dalam bentuk PKI yang baru.
Tujuan dari PNI adalah bekerja untuk kemerdekaan Indonesia yang dapat dicapai dengan azas percaya pada diri sendiri artinya memperbaiki keadaan politik, ekonomi, sosial dengan kekuatan dan kebiasaan sendiri antara lain dengan mendirikan sekolah, poliklinik, bank nasional, koperasi dll. Maka dari itu PNI tidak mau turut serta dalam kegiatan pemerintah.
Pada 17-18 Desember 1927 diadakan rapat yang dihadiri oleh PNI,Partai Sarekat Islam, Budi Utomo, Pasundan, Soematranenbond, Kaum Betawi, dan Indonesische Studieclub dan Algeemene Studiclub sepakat mendirikan suatu federasi yaitu Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).
Pengaruh PNI dalam usaha mempersatukan seluruh kekuatan Indonesia tidak hanya dalam bentuk oganisasi politik tetapi juga melalui gerakan dari para pemuda Indonesia. Selanjutnya pada penutupan kongres pemuda Indonesia tanggal 28 Oktober 1928 diucapkannya sumpah pemuda dan mempersatukan diri dalam Indonesia Muda.
Setelah Kongres PNI pertama diadakan di Surabaya yang bertujuan untuk mengesahkan anggaran dasar, azas dan rencana kerja PNI serta menetapkan Ir. Sukarno sebagai ketua dan Mr. Sartono sebagai bendahara. Serta sebagai perkenalan lebih jauh terhadap masyarakat.
Ada dua macam langkah yang ditempuh oleh PNI untuk memperkuat diri dan pengaruhnya dalam masyarakat yaitu:
  1. Intern yaitu usaha terhadap lingkungan sendiri dengan mengadakan kursus, mendirikan sekolah, bank nasional dll.
  2. Ekstern yaitu usaha memperkuat opini publik terhadap tujuan PNI antara lain melalui rapat-rapat umum, surat kabar Banteng Priangan dan Persatuan Indonesia.
Pada 18-20 Mei 1929 diadakan kembali kongres PNI kedua di Jakarta, selain untuk memilih kembali pengurus juga membahas mengenai penyelesaian dibidang ekonomi/sosial dan juga politik. Hal yang menarik adalah mengenai wacana transmigrasi sebagai usaha mengatasi kemelaratan rakyat.
Propaganda dari PNI secara tidak langsung telah menjadi ancaman serius bagi pemerintah belanda sehingga harus diambil tindakan tegas. Seperti pelarangan anggota militer dan keamanan untuk menjadi anggota PNI. Pada saat muncul desas desus bahwa PNI akan melakukan pemberontakan maka pemerintah Belanda melakukan pengeledahan dimana-mana serta penangkapan terhadap Ir. Sukarno, R. Gatot Mangkoepraja, Makoen Soamadiredja dan Soepriadinata di Yogyakarta dan dibawa ke Bandung untuk dilakukan persidangan.
Akibat dari penangkapan Ir. Sukarno telah menjadi pukulan telak bagi PNI. Pada kongres luar biasa ke II diambil keputusan untuk membuberkan PNI untuk sementara waktu karena keadaan yang memaksa. Selanjutnya timbul perpecahan akibat dari pembubaran ini dan akhirnya masing-masing pihak mendirikan partai sendiri.
  1. Fraksi Nasional
Pembentukan Fraksi Nasional didalam Volksraad atas prakarsa M. Husni Tamrin ketua kaum Betawi dan juga anggoyta volksraad, karena beberapa factor pada saat itu seperti:
  1. Sikap pemerintah terhadap gerakan politik diluar Volksraad, terutam PNI.
  2. Anggapan dan perlakuan yang sam terhadap semua gerakan yang non maupun ko-operatif.
  3. Didirikannya Vaderlandsche Club (VC) tahun 1929 sebagai protes terhadap esthisch beleid Gubernur Jenderal de Graaf.
Fraksi ini berdiri pada 2 Januari 1930 yang beranggotakan 10 orang anggota volksraad. Tujuan yang diusung oleh Fraksi Naasional adalah menjamin kemerdekaan nasional dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dengan jalan:
  1. Mengusahakan perubahan ketatanegaraan
  2. Menghapuskan perbedaan politik, ekonomi, dan intelektual sebagai antithesis kolonial.
  3. Mengusahakan keua hal tersebut dangan cara yang tidak melanggar hukum.
Terlandanya Indonesia terhadap malaise dan diangkatnya de Jonge seorang yang reaksioner sebagai Gubernur Jenderal membuat keadaan memburuk. De Jonge menjalankan pemerintahan dengan sikap yang keras dan kaku sehingga masa pemerintahannya adalah yang paling terburuk. Anggota fraksi Nasional dalm sidang Volksraad menuntut untuk mencabut segera peraturan mengenai pendidikan yang dinilai memberatkan dan tuntutan tersebut diterima dan peraturan dicabut. Dibawah tekanan politik Gubernur Jenderal Fraksi Nasional terpecah dan tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
  1. Partai Indonesia Raya
Pada tahun 1935 berdiri Partai Indonesia Raya yng di singkat Parindra. Dalam perkembangannya Parindra berpendapat bahwa perjuangan konsentrasi nasional haruslah:
  1. Intern yaitu dapat menyadarkan dan menggerakkan rakyat untuk memperoleh suatu pemerintahan sendiri.
  2. Ekstern yaitu dapat menggugah pemerintah Belanda untuk menyadari cita-cita bangsa Indonesia dan kemudian menyerukan agar ada perubahan dalam pemerintahan ssi Indonesia
Dalam masa dari Parinda muncul Petisi Sutardjo yang berisi usulan pergantian tata negara agar lebih bersifat adil hal ini terjadi akibat kekecewaan rakyat terhadap Gubernur Jenderakl. Dalam petisi ini Parindra bersikap berbeda setelah hasil rapat pada 12 Desember 1937 dimana Parindra bersikap menolak karena sudah keluar dari tujuan dan cita-cita Parindra. Padahal sebelumnya pada bulan November 1936, Parindra menyerukan kaum pergerakan juga ikut mendukung petisi tersebut.
  1. Gabungan Politik Indonesia
Suatu gagasan muncul tahun 1939 untuk membina kembali kerjasama diantara partai-partai politik di Indonesia. Oleh karena pembentukannya mengalami hambatan maka parindra mengambil kebijakan mempercepat terbentuknya federasi nasional dengan alasan:
  1. Kegagalan petisi sutardjo
  2. Kepentingan internatioanal akibat dari fasisme
  3. Sikap pemerintah yang tidak memperhatikan kepentingan Indonesia.
Pada 21 Mei 1939 dibentuklah Gabungan Partai Politik Indonesia yang merupakan bentuk kerjasama dari tiap-tiap partai politik. M. Husni Tamrin, Mr. Amir Syarifudin, Abikusno Tjokrosuyoso tampil sebagai pemimpin dari GAPI. Azas yang diterapkan adalah:
  1. Hak menentukaan diri sendiri.
  2. Persatuan national dari seluruh bangsa Indonesia.
  3. Persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia.
Dalam usaha perjuangannya GAPI menyerukan agar perjuangan GAPI disokong oleh semua lapisan masyarakat dan rakyat Indonesia. Ternyata seruan tersebut mendapat respon yang baik dari masyarakat dan mendukung sepenuhnya kebijakan dan perjuangan dari GAPI. Namun ketika terjadi Perang Dunia II keadaan bertambah parah di Indonesia, pemerintah memperketat perizinan pelakanaan rapat-rapat partai serta untuk rakyat indonesiamemberlakukan sistem wajib militer.

sumber : http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/04/pergerakan-nasional-bangsa-indonesia-organisasi-politik/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

KERAJAAN HINDU – BUDHA DI INDONESIA

KERAJAAN KUTAI

– Letak : di daerah Muarakaman tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.
– Sumber sejarah : tujuh buah prasasti yang tertulis pada Yupa, Yupa adalah tiang/tonggak kayu yang dipergunakan untuk menambatkan binatang kurban. Prasasti ini ditulis dengan bahasa Sansekerta dan tulisan Pallawa. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu yang pertama di Indonesia dan mulai tumbuh sekitar tahun 400 M. agama Hindu yang tersiar di Kalimantan (Kutai) adalah dari India Selatan dengan bukti :
– Prasasti dengan tulisan Pallawa, hanya digunakan di India Selatan.
– Adanya kata Waprakeswara (lapangan suci Dewa Shiwa) yaitu suatu tempat suci yang berhubungan dengan Trimurti.
– Penggunaan nama berakhiran Warman adalah kebiasaan orang India Selatan.
• Sehingga dari prasasti tersebut kita dapat menyimpulkan :
– Raja Kudungga memiliki seorang anak yang bernama Aswawarman. Asmawarman mempunyai tiga anak dan salah satunya adalah Mulawarman.
– Pendiri keluarga kerajaan/Wangsakarta : Aswawarman.
– Agama yang dipeluk berasal dari India.
– Agama yang dianut raja Mulawarman : agama Siwa.
• Raja Kudungga menggunakan nama asli Indonesia, sedang keturunannya memakai nama Hindu

KERAJAAN TARUMANEGARA

– Letak : antara sungai Citarum-Cisadane (prasasti) sedangkan Purbacaraka berdasarkan prasasti tugu, terletak di daerah Bekasi.
– Sumber sejarah : a. Prasasti
• b. Berita Cina
• Sumber Prasasti ada 7 buah prasasti yang berhuruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Tujuh prasasti tersebut adalah :
– Prasasti Ciaruteun, pada prasasti ini didapatkan sepasang telapak kaki raja Purnawarman.
– Prasasti Kebon Kopi, pada prasasti ini ditemukan pahatan gambar tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata.
– Prasasti Jambu, prasasti ini menerangkan bahwa raja Purnawarman itu gagah, pemimpin yang termashur.
– Prasasti Tugu, prasasti ini menerangkan tentang penggalian saluran Gomati dan sungai Candrabaga.
– Prasasti Pasir Awi, prasasti ini ditemukan di daerah Bogor.
– Prasasti Muara Cianten, ditemukan di daerah Bogor.
– Prasasti Lebak, menerangkan tentang keperwiraan, keagungan dan keberanian Purnawarman.
• Sumber berita Cina
– Tulisan Fa Hien, seorang musafir Cina menulis bahwa di Yepoti (Jawa Dwipa) hanya sedikit orang yang beragama Budha, tetapi kaum Brahmana lebih banyak.
– Berita dari Dinasti Sui yang menyebutkan bahwa Tolomo (Taruma) mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 528 M, dan 535 M.
– Berita dari Dinasti Tang, menyebutkan bahwa pada tahun 666 M utusan Tolomo datang ke China.
• Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat
• Kerajaan Tarumanegara berkembang abad ke-5 M dengan raja yang sangat terkenal yaitu Purnawarman, daerah kekuasaan meliputi Banten, Jakarta, dan Bogor. Agama yang dipeluk adalah Hindu, sedang berdasarkan berita Fa Hien, di Tolomo ada 3 agama yaitu Hindu, Budha dan kepercayaan Animisme. Perkembangan kerajaan ini tidak dapat diketahui dengan jelas, dimungkinkan pada abad ke-7 dihancurkan Sriwijaya. Hal ini dibuktikan melalui : prasasti Kota Kapur (686 M) yang menyebut bahwa Sriwijaya sedang berperang dengan Bumi Jawa (Tarumanegara) karena tidak mau tunduk pada Sriwijaya dan sejak akhir abad ke-7 Cina tidak pernah menyebut adanya pedagangan dengan Tarumanegara (To-Lo-Mo)

KERAJAAN HOLING

• Mengenai letak kerajaan Holing hingga kini belum diketahui dengan pasti hal ini disebabkan tidak diketemukannya catatan-catatan tertulis.
• Berdasarkan berita Cina (catatan I Tsing) disebutkan bahwa temannya yang bernama Hui-Ning pada tahun 664/665 pergi ke Holing untuk mempelajari agama Budha dengan seorang pendeta bernama Jnanabhadra. Juga disebutkan bahwa kerajaan Holing diperintah oleh seorang raja putri bernama Ratu Sima. Pemerintahannya sangat keras tetapi adil dan bijaksana. Rakyat tunduk dan taat terhadap perintah Ratu. Kehidupan masyarakatnya sangat teratur, hubungan perdagangan sudah dilakukan dengan pasar sebagai pusatnya.

KERAJAAN KANJURUHAN

Keterangan tentang kerajaan tertua di Jawa Timur ini dapat diketahui dari prasasti Dinoyo yang berangka tahun 760 M. Prasasti Dinoyo ditemukan di desa Dinoyo di sebelah barat kota Malang. Prasasti Dinoyo berisi pendirian sebuah bangunan suci untuk Dewa Agastya, didirikan oleh Raja Gajayana. Prasasti Dinoyo ditulis dengan huruf Jawa Kuno dan berbahasa Sansekerta. Bangunan suci itu sekarang dikenal dengan Candi Badut

KERAJAAN MELAYU

Letak : diperkirakan pusatnya di daerah ini di kanan kiri sungai Batanghari ditemukan peninggalan-peninggalan beruba candi-candi. Arca dan peninggalan-peninggalan lainnya. Seorang musyafir Cina I-Tsing namanya menyebutkan di dalam bukunya bahwa pada bad ke-7 M, Melayu telah dimasukkan ke dalam kekuasaan kerajaan Sriwijaya.

KERAJAAN SRIWIJAYA

Sumber sejarah : kerajaan Sriwijaya yang terletak di Sumatera keberadaannya dapat diperoleh dari bukti-bukti sebagai berikut :

Sumber dalam negeri
• a). Prasasti Kedukan Bukit (683 M)
Isi : Raja Sriwijaya Dapunta Hyang membawa tentara 20.000 orang berhasil
menundukkan Minangatamwan (daerah Binaga yang terletak di Jambi).
• b). Prasasti Talang Tuo (684 M)
Isi : Pembuatan Taman Srikesetra atas perintah Raja Dapunta Hyang.
• c). Karang Birahi (686 M)
Menunjukkan penguasaan daerah pedalaman di Jambi.
• d). Prasasti Kota Kapur (686 M)
Isi : Usaha penaklukan bumi Jawa. Prasasti ini ditemukan di pulau Bangka.
• e). Prasasti Telaga Batu
Isi : Kutukan raja terhadap siapa saja yang tidak taat pada raja dan melakukan
kejahatan.
Dari prasasti itu diusulkan bahwa pusat kerajaan Sriwijaya selalu berpindah-pindah dari Minangatamwan ke Palembang selain prasasti terdapat sumber sejarah berupa bangunan kelompok Candi Muara Takus (Bangkinang, Riau)

Sumber asing
• a). Berita Cina abad ke-5 menyebutkan bahwa negara Kan-To-Li (Sriwijaya) mengirim utusan ke Cina.
• b). Berita I-Tsing bahwa kerajaan Sriwijaya negerinya dikelilingi oleh benteng abad ke-7 Sriwijaya merupakan pusat kegiatan ilmiah agama Budha.
• c). Berita India, berupa :
– Prasasti Ligor (775 M)
– Prasasti Nalanda (860 M)
Dari berita India ini dapat diperoleh keterangan bahwa kerajaan Sriwijaya mencapai zaman keemasan saat diperintah oleh Balaputradewa seorang keturunan Dinasti Syailendra, Jawa Tengah.

Kebesaran Kerjaan Sriwijaya didukung oleh faktor-faktor sbb :
• Letaknya strategis
• Runtuhnya kerajaan maritim Funan
• Armada laut yang kuat
• Menguasai daerah-daerah starategis (Selat Malaka, Sunda, Tanah Genting Kra)
• Melimpahnya hasil bumi
• Pusat pendidikan agama Budha di Asia Tenggara
Struktur Birokrasi kerajaan Sriwijaya
Wilayah kekuasaan Sri Wijaya lebih banyak tertuju didaerah lautan maupun jalur dan pusat perdagangan yang strategis. Kekuasaan tertinggi ditangan raja bersifat langsung dalam pengawasan ditempat-tempat yang strategis.

Masa Keruntuhan Sriwijaya
• Dari berita Cina, kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran mulai abad ke-10 sampai runtuhnya terjadi akhir abad ke-12.
• Beberapa faktor penyebabnya adalah sebagai berikut :
– Negara-negara taklukan melepaskan diri (Ligor, Tanah Genting Kra, Kelantan, Pahang, dll)
– Mundurnya perekonomian perdagangan karena bandar-bandar penting melepaskan diri.
– Di bidang militer serangan terhadap Sriwijaya terjadi dari :
– Raja Dharmawangsa (992 M)
– Kerajaan Colamandala (1017 M)
– Raja Kertanegara (Ekspedisi Pamalayu 1275)
– Kerajaan Majapahit

KERAJAAN MATARAM KUNO

Letak Kerajaan Mataram Kuno
• Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah bagian selatan, daerah intinya disebut Bhumi Mataram dengan ibu kota Medang Kamulan.
– Sumber Sejarah
• Prasasti Canggal (732 M)
• Prasasti Kalasan (778 M) *
• Prasati Kelurak (782 M) *
• Prasasti Sri Kahulunan *
• Prasasti Ratu Boko (856 M) *
• Prasasti Nalanda (860 M) *
• Prasasti Mantyasih (907 M)
• Ket. * : Menerangkan keberadaan kekuasaan Dinasti Syailendra
• Disamping prasasti, Mataram kuno banyak meninggalkan bangunan-bangunan candi baik yang bercorak Hindu (dari Dinasti Sanjaya) maupun yang bercorak Budha (dinasti Syailendra).

Pemerintahan Mataram
- Dinasti Sanjaya
• Dinasti Sanjaya berkuasa sekitar abad ke-7 dari prasasti Canggal disebutkan adanya pendirian Lingga yang merupakan lambang Dewa Syiwa, selain itu menyebutkan wilayah kekuasaan Sanjaya yaitu Medang ri poh pitu.
• Sedang pada Prasasti Mantyasih disebut nama-nama raja Dinasti Sanjaya yang berkuasa atas Mataram Kuno.

Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
• Sri Maharaja Rakai Panangkaran
• Sri Maharaja Rakai Panunggalan
• Sri Maharaja Rakai Warak Balitung
• Sri Maharaja Rakai Garung
• Sri Maharaja Rakai Pikatan
• Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
• Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
• Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah

Pada akhir abad 8 kekuasaan Dinasti Sanjaya terdesak oleh Dinasti Syailendra seperti disebutkan prasasti Kalasan (778 M) bahwa Raja Panangkaran membuat candi Budha, padahal dinasti Sanjaya memeluk agama Hindu.

- Dinasti Syailendra
• Bhanu (752 – 775)
• Wisnu (775 – 782)
• Indra (782 – 812)
• Samaratungga (812 – 833)
• Pramodhawardhani (833 – 856)
• Pernikahan Pramodhawardhani dengan Pikatan (Dinasti Sanjaya menyebabkan dinasti Sanjaya mulai kokoh kembali bahkan Mataram dapat dipersatukan. Pada tahun 924 Raja Wawa memerintah dibantu Mpu Sindok sebagai Mahamantri dan memindahkan pusat pemerintahannya ke Jawa Timur.

Sistem Birokrasi
• Wilayah dibagi : wilayah pusat (merupakan daerah pusat kerajaan, istana raja, tempat para pejabat tinggi kerajaan dan wilayah watak daerah-daerah dikuasai oleh para Rakai atau Pamgat juga sebagai pejabat tinggi kerajaan)

KERAJAAN MEDANG

• Kerajaan Medang dirintis oleh Mpu Sindok pendiri wangsa Isyana di Jawa Timur. Sindok adalah menantu Wawa, telah berhasil memindahkan pusat pemerintahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Dia bergelar Sri Maharaja Rake Hino Sri Isyana Wikramadharmo Tunggadewa. Mpu Sindok digantikan putrinya yang bernama Sri Isyanatunggawijaya. Dia kawin dengan Lokapala punya anak bernama Makutawangsawardhana. Dia diganti putranya, Dharmawangsa dengan gelar Sri Dharmawangsa Teguh Ananta Wikramatunggadewa.
• Pada tahun 1016 M, terjadi peristiwa Pralaya, karena mendapat serangan dari kerajaan Wura-wuri. Kerajaan dibumihanguskan dan hanya Airlangga (putra Mahendratta) yang berhasil lolos disertai oleh Narottama, pada tahun 1919 M, Airlangga Ananta Wikramatungga-dewa, masa pemerintahannya kerajaan mencapai kejayaan. Sebagai bukti berhasil merebut kembali daerah-daerah yang pernah lepas dan menyatukan kembali kerajaan. Narottama diberi jabatan Rakrayan Kanuruhan.
• Bidang perekonomian dan budaya juga mengalami kemajuan. Antara lain dibuat bendungan Waringin Sapto utnuk pertanian. Pada tahun 1035 ditulis kitab Arjunawiwaha oleh Mpu Kanwa. Kitab ini menggambarkan kehidupan Airlangga dan dirinya sebagai titisan Dewa Wisnu. Perwujudannya dapat dilihat Arca Wisnu naik Garuda di Candi Belahan. Sepeninggal Airlangga wilayah dibagi dua yaitu kerajaan Kediri dan Jenggala.

KERAJAAN KEDIRI

- Sumber Sejarah
– Prasasti Sirah Keting (1140 M) tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Jayawarsa.
– Prasasti yang ditemukan di Tulung Agung Kertosono, berisi masalah keagamaan (Raja Bameswara 117 – 1130 M)
– Prasasti Ngantang (1135 M) tentang Raja Jayabaya memberi hadiah rakyat desa Ngantang sebidang tanah bebas pajak.
– Prasasti Jaring (1181 M) tentang Raja Gandra yang memuat sejumlah nama-nama hewan seperti Kebo Waruga dan Tikus Janata.
– Prasasti Kamulan (1194 M) tentang raja Kertajaya yang menyatakan bahwa Kediri berhasil mengalahkan musuh di Katang-katang.
– Buku Cina yang berjudul Chu Fan Chai karangan Chu Ju Kua (1220 M) yang mengambil cerita dari buku Ling Wai Taita (1778 M) karangan Chu Ik Fei tentang kerajaan Kediri pada abad ke-12 dan 13 M.

- Aspek Kehidupan politik
• Pada abad ke-10 pusat pemerintahan di Jawa Tengah dipindahkan ke Jawa Timur karena ada suatu hal, pada awalnya wilayah kekuasaan kerajaan Kediri meliputi daerah Kediri, Madiun, dan daerah bagian barat kerjaan Medang Kamulan.
• Raja-raja yang pernah memerintah :
– Raja Jayawarsa (1140 M)
– Raja Baweswara (117 – 1130 M)
– Raja Jayabaya (1135 – 1157 M)
– Raja Sarweswara dan Raja Aryeswara (tidak diketahui)
– Raja Gandra (1181 M)
– Raja Kertajaya (1190 – 1222 M)

- Kehidupan Sosial
• Pada amasa Raja Jayabaya terdapat usaha utnuk memberikan perlindungan terhadap para ahli sastra seperti penyair dan pengarang sehingga mereka bisa mengembangkan kreatifitasnya. Hal ini dibuktikan dengan munculnya kitab Lubdhaka yang memberikan pelajaran moral tentang tinggi rendahnya martabat seseorang tidak ditentukan berdasarkan asal dan kedudukan, melainkan berdasarkan tingkah lakunya.

- Kehidupan Ekonomi
• Kehidupan perekonomian rakyat Kediri menurut catatan para pedagang Cina yang dikumpulkan jadi kronik-kronik kerajaan yang disebutkan bahwa :
– Kediri banyak menghasilkan beras.
– Barang dagangan yang laku di pasaran pada masa itu adalah emas, perak, gading, kayu cendana, dsb.
– Letak kerajaan Kediri sangat strategis dalam pelayaran perdagangan antara Indonesia Timur dengan Indonesia Barat.

- Kehidupan Budaya
• Abad ke-12 M memiliki arti sangat penting dalam masa selanjutnya. Kerajaan Kediri banyak meninggalkan pelajaran untuk mengembangkan kerajaan diantaranya ;
– Suatu negara bisa maju jika kondisi ekonomi stabil.
– Keadaan politik harus stabil agar kekuatan bangsa tidak kurang.
– Kehidupan kebudayaan harus diperluas, untuk menambah kejayaan bangsa.
• Hasil karya sastra :
• Krisnayana, dari jaman pemerintahan Raja Jayawarsa
• Bharatayuda, karangan Empu Sedah dan Empu Panuluh
• Arjuna Wiwaha karangan Empu Kanwa
• Hariwangsa karangan Empu Pamuluh
• Bhamakarya pengarangnya tidak jelas

KERAJAAN SINGASARI

- Sumber Sejarah
• Kitab Pararaton, tentang raja-raja Singasari
• Kitab Negarakertagama, berisi silsilah raja-raja Majapahit yang memiliki hubungan erat dengan raja-raja Singasari.
• Berita asing (Cina) tentang Kaisar Khubilai Khan (Cina) mengirim pasukannya untuk menyerang Singasari.
• Peninggalan-peninggalan berupa bangunan candi yang dijadikan makam dari Raja Singasari seperti Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singasari, dsb.

- Aspek Kehidupan Politik
• Sebagai kerajaan Hindu pada waktu itu kerajaan Singasari pernah mencapai kejayaan dan merupakan cikal bakal kerjaan Majapahit.

Berikut raja-raja yang pernah memerintah di Singasari.
- Ken Arok
• Pertemputan di dekat Ganter tahun 1222 M, membawa nama Ken Arok semakin baik. Dan akhirnya Ken Arok memutuskan untuk membentuk dinasti baru yaitu dinasti Rajasa dan membangun kerajaan baru yaitu Singasari.
- Anusapati
• Setelah Ken Arok dibunuh Anusapati, tahta kerajaan Singasari dipegang Anusapati (1227 – 1248 M). Walaupun pemerintahannya berlangsung lama tapi ternyata kematian Ken Arok pun pada akhirnya tercium oleh Tohjaya yang akhirnya dengan keris yang sama dia dibunuh Anusapati.
- Tohjaya
• Pemerintahan Tohjaya berlangsung singkat (1248 M) karena kematian Anusapati akhirnya diketahui oleh Raggawuni (putra Anusapati) dan dia menuntut hak atas tahta Singasari. Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan Lembu Ampel akhirnya Ranggawuni berhasil merebut tahta kerjaan dengan gelar Wisnuwardhana.
- Wisnuwardhana
• Dengan dibantu Mahesa Cempaka yang bergelar Narasinghamurti Wisnuwardhana memerintah Singasari dari tahun 1248 – 1268 M. pada tahun 1254 M Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuvaraja (raja muda) dan Wisnuwardhana merupakan satu-satunya yang tidak terbunuh.
- Kertanegara
• Raja Kertanegara (1268 – 1292 M) merupakan raja terakhir di Singasari dan dia berhasil melangkah ke luar wilayah Jawa Timur untuk mewujudkan cita-cita persatuan Nusantara dibawah panji kerajaan Singasari. Dan berikut adalah usaha Kertanegara guna mencapai tujuan politiknya :
– Politik Dalam Negeri
– Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih Raganata digantikan oleh Aragani. Raganata diangkat menjadi Adhyaksa di Tumapel. juga Banyak Wide yang berasal dari rakyat biasa diangkat menjadi Bupati Sumenep (Madura)
– Berbudi baik pada lawan politiknya dengan mengangkat putra Jayakatwang (Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi menantunya dan Raden Wijaya (cucu Mahesa Cempaka) sebagai menantunya.
– Memperkuat angkatan perang
– Politik Luar Negeri
• Untuk mencapai cita-cita politiknya itu, Raja Kertanegara menempuh cara :
– Melaksanakan ekspedisi Pamalayu (1275 dan 1286 M) untuk menguasai Kerajaan Melayu serta melemahkan posisi kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.
– Menguasai Bali (1289 M)
– Menguasai Pahang (Malaya) dan Tanjung pura (Kalimantan)

KERAJAAN BALI

- Sumber Sejarah
– Prasasti Sanur (839 C/917 M) tentang adanya kekuasaan raja-raja dari Wangsa / Dinasti Warmadewa.
– Prasasti Calcuta, India (1042 M) tentang asal-usul Airlangga yaitu dari keturunan raja-raja Bali (dinasti Warmadewa). Raja Airlangga terlahir dari raja dayana (Bali) dengan Mahenradrata (putri kerjaan Medang Kamulan adik raja Dharmawangsa).

- Aspek Kehidupan Politik
• Mengingat sumber bukti dari Kerajaan Bali tidak lengkap, maka sistem dan bentuk pemerintahannya tidak jelas.
• Raja-raja Bali yang pernah berkuasa :
– Raja Sri Kesari Warmadewa (835 C / 913 M) adalah raja pertama dan pendiri dinasti Warmadewa.
– Raja Ugrasena (915 – 942 M) meninggalkan beberapa prasasti tentang pembebasan pajak terhadap daerah tertentu serta pembangunan tempat suci.
– Raja Tabanendra Warmadewa (tidak diketahui tahunya).
– Raja Jaya Sadhu Warmadewa (tidak diketahui tahunnya).
– Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi (983 M), diperkirakan bahwa dia adalah putri dari Mpu Sindok (Dinasti Isyana)
– Dharma Udayana Warmadewa (989 – 1022 M) pada masa ini penulisan prasasti-prasasti sudah dimulai dengan menggunakan huruf dan bahasa Jawa Kuno.
– Raja Marakarta (1025 M) memerintah tidak lama karena meninggal duni dan sistem pemerintahannya tidak diketahui secara jelas.
– Raja Anak Wungsu (1049 – 107 M) Raja Bali yang berhasil memepersatukan seluruh Bali.
– Raja yang sakti (tidak diketahui secara jelas)
– Raja Bedahulu (1343 M), raja terakhir Bali Kuno.
• Ketika dilancarkan ekspedisi Majapahit dibawah pimpinan Gajah Mada di Bali, kerjaan Bali tidak bisa bertahan dan akhirnya menjadi bagian kekuasaan Majapahit.

- Struktur Birokrasi Kerajaan Bali
• Disebutkan dalam prasasti bertahun antara 882 M- 934 M : Raja dalam menjalankan pemerintahanya dibantu oleh badan penasehat raja dan badan-badan lain seperti Panglapuan, Somanhanda Senapati di Pangluapan.
• Pejabat dari pusat sampai daerah-daerah diangkat dan diberhentikan oleh raja serta tunduk terhadap perintahnya.

KERAJAAN PAJAJARAN

- Sumber Sejarah
– Prasasti Rakryan Juru Pangambat (923 M) ditemukan di Bogor memuat mengenai pengembalian kekuasaan Raja Pajajaran (kemungkinan kerajaan Pajajaran pernah dikuasai oleh kerajaan-kerajaan di Jawa Timur atau Sriwijaya)
– Prasasti Horren (dari Majapahit) tentang penduduk dari kampung ;Horren sering tidak merasa aman, karena adanya gangguan musuh dari arah barat (kemungkinan kerajaan Pajajaran)
– Prasasti Citasih (1030 M) dibuat atas perintah Raja Jayabhupati untuk memperingati bangunan Sang Hyang Tapak sebagai tanda terima kasih raja terhadap pasukan Pajajaran, berhasil memenangkan perang melawan pasukan dari Swarnabumi.
– Prasasti Astanagede (di Kawali – Ciamis) tentang perpindahan pusat pemerintahan dari Pakwan (Pakuan) Pajajaran ke Kawali.
– Kitab Carita Kidung Sundayana menceritakan kekalahan pasukan Pajajaran dalam pertempuran di Bubat (Majapahit) dan tewasnya Raja Sri Buduga beserta putrinya.
– Kitab Carita Parahyangan menceritakan mengenai pengganti Raja Sri Baduga setelah perang Bubat bernama Hyang Wuni Sola.
Aspek Kehidupan Politik
• Raja-raja yang pernah berkuasa :
– Maharaja Jayabhupati
– Rahyang Niskala Wastu Kencana
– Rahyang Dewa Nishala
– Sri Baduga Maharaja (1357 M)
– Hyang Wuni Sola
– Ratu Samian / Prusu Surawisesa
– Prabu Ratu Dewata
Struktur Birokrasi
• Kekuasaan tertinggi ditangan raja dalam menjalankan tugas dibantu oleh Mangkubumi, di daerah-daerah dikuasai oleh Syah Bandar yang mewakili raja didaerahnya masing-masing. Untuk persiapan penggantian raja diangkat seorang putra Mahkota.

Kehidupan Sosial
• Kehidupan masyarakat Pajajaran digolongkan menjadi :
– Golongan seniman
– Golongan petani
– Golongan pedagang
– Golongan yang dianggap jahat, yaitu tukang copet, tukang tampus, begal, maling, dsb.
Kehidupan ekonomi
– Perdagangan laut
– Perdagangan darat
Kehidupan kebudayaan
• Pengaruh agama Hindu rakyat Sunda Jawa Barat dapat diketahui dari :
– Arca-arca Wisnu di daerah Ci Buaya dan arca-arca Rajarsi.
– Kitab carita Parahyangan dan kitab Sanghyang Siksakandra.
– Cerita-cerita dalam sastra Sunda Kuno bercorak Hindu.

KERAJAAN MAJAPAHIT

Sumber Sejarah
– Prasasti Butak (1294 M) dikeluarkan R. Wijaya setelah ia naik tahta yang memuat peristiwa keruntuhan kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan kerajaan.
– Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrema menceritakan R. Wijaya ketika menghadapi musuh dari kediri dan tahun awal perkembangan Majapahit.
– Kitab Pararaton menceritakan tentang pemerintahan raja-raja Singasari dan Majapahit.
• Kitab Negarakertagama menceritakan tentang perjalanan raja Hayam Wuruk ke Jawa Timur

- Aspek Kehidupan Politik
• Kekuasaan kerjaan majapahit merupakan suatu massa yang paling mengesankan dalam sejarah Indonesia, karena pada masa ini Indonesia terdapat suatu kerajaan besar yang disegani oleh banyak negara asing dan membawa keharuman nama Indonesia sampai jauh keluar wilayah negara Indonesia.

– Struktur Birokrasi
• Sifat kekuasaan kerajaan teritorial dan desentralisasi. Raja memegang kekusaan tertinggi (sebagai penjelmaan dewa) dalam menjalankan tugas dibantu oleh beberapa pejabat kerajaan antara lain dewan pertimbangan kerajaan, Mangkubumi dan pejabat dibidang keagamaan
• Perjuangan Raden Wijaya
• Sejak serangan Jayakatwang atas Singasari Raden Wijaya berhasil melarikan diri ke Arya Wiraraja di Madura. Atas jasa Wiraraja, Wijaya diterima kembali oleh Jayakatwang serta akhirnya diberi tanah Tarik.
• Serangan Khubilai Khan ke Jawa dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengatur siasat menyerang Kediri. Setelah Kediri jatuh (Jayakatwang dan putranya dibawah Raden Wijaya berbalik menyerang Tartar. Dia memerintah dan mendirikan Kerajaan Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Dan dengan diperistrinya putri Kertanegara maka dia telah mempersatukan keluarga besar Ken Arok.
• Pada tahun 1309 M, Kertarejasa digantikan Kalagemet hingga 1328 M., masa pemerintahan Sri Jaya Negara (Kalagemet) diwarnai pemberontakan-pemberontakan :
– Ronggolawe - Nambi
– Lembu Sora - Kuti
• Saat pemberontakan Kuti itulah muncul peranan Gajah Mada tahun 1328 M. Jayanegara di bawah Banyu Tanca yang berhasil dibalas juga oleh Gajah Mada. Pengganti Jayanegara adalah Tribuana Tunggadewi (putri Gayatri 1328 – 1350 M) yang berhasil ditumpas oleh Gajah Mada. Saat itulah gajah Mada diangkat Patih Mangkubumi Majapahit dan mengucapkan Sumpah “Tan Amukti Palapa”. Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk yang naik tahta pada usia 16 tahun, dengan gelar, Rajasanegara. Politik dalam negeri ditempuh dengan memusatkan kegiatan politik dan stabilitas di Majapahit, sedangkan politik luar negerinya adalah persatuan wilayah Nusantara. Melanjutkan usaha Kertanegara berhasil menggalang kerjasama dengan negara tetangga (Mitreka Strategi) Birma, Ligor, Anam, Campa, Kamboja, dan Srilangka.
– Struktur Birokrasi
• Sifat kekuasaan kerajaan teritorial dan desentralisasi. Raja memegang kekusaan tertinggi (sebagai penjelmaan dewa) dalam menjalankan tugas dibantu oleh beberapa pejabat kerajaan antara lain dewan pertimbangan kerajaan, Mangkubumi dan pejabat dibidang keagamaan

Perjuangan Raden Wijaya
• Sejak serangan Jayakatwang atas Singasari Raden Wijaya berhasil melarikan diri ke Arya Wiraraja di Madura. Atas jasa Wiraraja, Wijaya diterima kembali oleh Jayakatwang serta akhirnya diberi tanah Tarik.
• Serangan Khubilai Khan ke Jawa dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengatur siasat menyerang Kediri. Setelah Kediri jatuh (Jayakatwang dan putranya dibawah Raden Wijaya berbalik menyerang Tartar. Dia memerintah dan mendirikan Kerajaan Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Dan dengan diperistrinya putri Kertanegara maka dia telah mempersatukan keluarga besar Ken Arok.
• Pada tahun 1309 M, Kertarejasa digantikan Kalagemet hingga 1328 M., masa pemerintahan Sri Jaya Negara (Kalagemet) diwarnai pemberontakan-pemberontakan :
– Ronggolawe - Nambi
– Lembu Sora - Kuti
• Saat pemberontakan Kuti itulah muncul peranan Gajah Mada tahun 1328 M. Jayanegara di bawah Banyu Tanca yang berhasil dibalas juga oleh Gajah Mada. Pengganti Jayanegara adalah Tribuana Tunggadewi (putri Gayatri 1328 – 1350 M) yang berhasil ditumpas oleh Gajah Mada. Saat itulah gajah Mada diangkat Patih Mangkubumi Majapahit dan mengucapkan Sumpah “Tan Amukti Palapa”. Majapahit mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk yang naik tahta pada usia 16 tahun, dengan gelar, Rajasanegara. Politik dalam negeri ditempuh dengan memusatkan kegiatan politik dan stabilitas di Majapahit, sedangkan politik luar negerinya adalah persatuan wilayah Nusantara. Melanjutkan usaha Kertanegara berhasil menggalang kerjasama dengan negara tetangga (Mitreka Strategi) Birma, Ligor, Anam, Campa, Kamboja, dan Srilangka.

Kehidupan Ekonomi
• Dalam dunia perdagangan, kerajaan Majapahit memegang dua peranan yang sangat penting :
– Sebagai kerajaan produsen
– Sebagai kerajaan perantara
• Dengan demikian, hubungan kerajaan Majapahit dengan negara tetangga telah membawa keuntungan besar bagi kerajaan Majapahit.

Kehidupan Budaya
Candi :
• - Candi Penataran
• - Candi Egalwangi dan Surawana (Pare, Kediri)
• - Candi Suwentar (Blitar)
• - Candi Sumberjati (Blitar)
• - Canti Tikus (Trowulan)
Sastra
- Sastra zaman Majapahit awal, diantaranya :
– Kitab Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca
– Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular
– Kitab Arjunawiwaha karangan Mpu Tantular
– Kitab Kunjarakarna tidak diketahui pengarangnya
– Kitab Parthayajna, tidak diketahui pengarangnya
- Sastra zaman Majapahit akhir :
– Kitab Pararaton mengenai riwayat raja-raja Singasari dan Majapahit
– Kitab Sudayana mengenai peristiwa bubat
– Kitab Solandaka mengenai pemberontakan Semi
– Kitab Ranggalawe mengenai pemberontakan Ranggalawe
– Panji Wijaya Krama mengurangi riwayat Raden Wijaya sampai menjadi raja.
– Kitab Usana Jawa, tentang penaklukan P. Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar, pemindahan Keraton Majapahit ke Gelgel dan penumpasan Raja yang bernama Maya Denawa.
– Kitab Usana Bali, tentang kekacauan di Pulau Bali akibat keganasan Maya Denawa yang akhirnya dibunuh oleh dewa-dewa.

RUNTUHNYA TRADISI HINDU - BUDHA DI INDONESIA

• Faktor-faktor yang mempengaruhi runtuhnya Hindu Budha
• Pertumbuhan dan perkembangan kerajaan Hindu-Budha sangat besar pengaruhnya terhadap aspek kehidupan masyarakat.
• Tradisi Hindu Budha ikut berkembang juga dimasyarakat, tetapi akhirnya kerajaan-kerjaan Hindu Budha tersebut mengalami kemunduran bahkan kehancuran. Seiring dengan runtuhnya kerajaan Hindu Budha tersebut maka tradisi Hindu Budha juga mengalami kemunduran.
• Hal-hal yang menyebabkan keruntuhan kerajaan Hindu Budha.
• masuknya agama islam yang mudah dipelajari dan diterima oleh masyarakat
• munculnya kekuasaan (kerajaan baru yang beragama Islam)
• kepemimpinan di kerajaan Hindu-Budha yang mulai melemah
• banyaknya kerajaan-kerajaan /adipati yang melepaskan diri dari pemerintahan pusat (pengaruh Islam) terutama daerah pesisir
• perang saudara karena perebutan tahta
• lemahnya perekonomian/ perdagangan militer kerajaan-kerajaan Hindu Budha.


sumber :  http://pagenjahan.blogspot.com/2010/10/kerajaan-hindu-budha-di-indonesia.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Perlawanan rakyat terhadap Jepang

Peristiwa Cot Plieng, Aceh 10 November 1942
Pemberontakan dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di Cot Plieng Lhokseumawe. Usaha Jepang untuk membujuk sang ulama tidak berhasil, sehingga Jepang melakukan serangan mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang melaksanakan salat Subuh. Dengan persenjataan sederhana/seadanya rakyat berusaha menahan serangan dan berhasil memukul mundur pasukan Jepang untuk kembali ke Lhokseumawe. Begitu juga dengan serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat. Baru pada serangan terakhir (ketiga) Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil) berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh, namun akhirnya tertembak saat sedang salat.

Peristiwa Singaparna
Perlawanan fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah Singaparna Jawa Barat di bawah pimpinan KH. Zainal Mustafa, tahun 1943. Beliau menolak dengan tegas ajaran yang berbau Jepang, khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei setiap pagi, yaitu memberi penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam Indonesia karena termasuk perbuatan syirik/menyekutukan Tuhan. Selain itu beliaupun tidak tahan melihat penderitaan rakyat akibat tanam paksa.
Saat utusan Jepang akan menangkap, KH. Zainal Mustafa telah mempersiapkan para santrinya yang telah dibekali ilmu beladiri untuk mengepung dan mengeroyok tentara Jepang, yang akhirnya mundur ke Tasikmalaya.
Jepang memutuskan untuk menggunakan kekerasan sebagai upaya untuk mengakhiri pembangkangan ulama tersebut. Pada tanggal 25 Februari 1944, terjadilah pertempuran sengit antara rakyat dengan pasukan Jepang setelah salat Jumat. Meskipun berbagai upaya perlawanan telah dilakukan, namun KH. Zainal Mustafa berhasil juga ditangkap dan dibawa ke Tasikmalaya kemudian dibawah ke Jakarta untuk menerima hukuman mati dan dimakamkan di Ancol.
Peristiwa Indramayu, April 1944
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan di desa Karang Ampel, Sindang Kabupaten Indramayu.
Pasukan Jepang sengaja bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah (Lohbener dan Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah mengetahi kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan.
Pemberontakan Teuku Hamid
Teuku Hamid adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satu pleton pasukannya melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan. Ini terjadi pada bulan November 1944.
Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah. Kondisi tersebut memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhirnya dapat ditumpas.
Di daerah Aceh lainnya timbul pula upaya perlawanan rakyat seperti di Kabupaten Berenaih yang dipimpin oleh kepala kampung dan dibantu oleh satu regu Giyugun (perwira tentara sukarela), namun semua berakhir dengan kondisi yang sama yakni berhasil ditumpas oleh kekuatan militer Jepang dengan sangat kejam.
Pemberontakan Peta
  • Perlawanan PETA di Blitar (29 Februari 1945)
Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr. Ismail. Perlawanan ini disebabkan karena persoalan pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan di luar batas perikemanusiaan. Sebagai putera rakyat para pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat. Di samping itu sikap para pelatih militer Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan PETA di Blitar merupakan perlawanan yang terbesar di Jawa. Tetapi dengan tipu muslihat Jepang melalui Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang), pasukan PETA berhasil ditipu dengan pura-pura diajak berunding. Empat perwira PETA dihukum mati dan tiga lainnya disiksa sampai mati. Sedangkan Syodanco Supriyadi berhasil meloloskan diri.
Perlawanan ini dipimpin oleh Perwira Gyugun Teuku Hamid. Latar belakang perlawanan ini karena sikap Jepang yang angkuh dan kejam terhadap rakyat pada umumnya dan prajurit Indonesia pada khususnya.
  • Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap (April 1945)
Perlawanan ini dipimpin oleh pemimpin regu (Bundanco) Kusaeri bersama rekan-rekannya. Perlawanan yang direncanakan dimulai tanggal 21 April 1945 diketahui Jepang sehingga Kusaeri ditangkap pada tanggal 25 April 1945. Kusaeri divonis hukuman mati tetapi tidak terlaksana karena Jepang terdesak oleh Sekutu.


Perlawanan Pang Suma
Perlawanan Rakyat yg dipimpin oleh Pang Suma berkobar di Kalimantan Selatan. Pang Suma adalah pemimpin suku Dayak yg besar pengaruhnya dikalangan suku-suku di daerah Tayan dan Meliau. Perlawanan ini bersifat gerilya untuk mengganggu aktivitas Jepang di Kalimantan.
Momentum perlawanan Pang Suma diawali dengan pemukulan seorang tenaga kerja Dayak oleh pengawas Jepang, satu di antara sekitar 130 pekerja pada sebuah perusahaan kayu Jepang. Kejadian ini kemudian memulai sebuah rangkaian perlawanan yang mencapai puncak dalam sebuah serangan balasan Dayak yang dikenal dengan Perang Majang Desa, dari April hingga Agustus 1944 di daerah Tayan-Meliau-Batang Tarang (Kab. Sanggau). Sekitar 600 pejuang kemerdekaan dibunuh oleh Jepang, termasuk Pang Suma.
Perlawanan Koreri di Biak
Perlawanan ini dipimpin oleh L. Rumkorem, pimpinan Gerakan “Koreri” yang berpusat di Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat yang diperlakukan sebagai budak belian, dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan tersebut rakyat banyak jatuh korban, tetapi rakyat melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang meninggalkan Pulau Biak.
Perlawanan di Pulau Yapen Selatan
Perlawanan ini dipimpin oleh Nimrod. Ketika Sekutu sudah mendekat maka memberi bantuan senjata kepada pejuang sehingga perlawanan semakin seru. Nimrod dihukum pancung oleh Jepang untuk menakut-nakuti rakyat. Tetapi rakyat tidak takut dan muncullah seorang pemimpin gerilya yakni S. Papare.

Perlawanan di Tanah Besar Papua
Perlawanan ini dipimpin oleh Simson. Dalam perlawanan rakyat di Papua, terjadi hubungan kerja sama antara gerilyawan dengan pasukan penyusup Sekutu sehingga rakyat mendapatkan modal senjata dari Sekutu.
Gerakan bawah tanah
Sebenarnya bentuk perlawanan terhadap pemerintah Jepang yang dilakukan rakyat Indonesia tidak hanya terbatas pada bentuk perlawanan fisik saja tetapi Anda dapat pula melihat betnuk perlawanan lain/gerakan bawah tanah seperti yang dilakukan oleh:
  • Kelompok Sutan Syahrir di daerah Jakarta dan Jawa Barat dengan cara menyamar sebagai pedagang nanas di Sindanglaya.
  • Kelompok Sukarni, Adam Malik dan Pandu Wiguna. Mereka berhasil menyusup sebagai pegawai kantor pusat propaganda Jepang Sendenbu (sekarang kantor berita Antara).
  • Kelompok Syarif Thayeb, Eri Sudewo dan Chairul Saleh. Mereka adalah kelompok mahasiswa dan pelajar.
  • Kelompok Mr. Achmad Subardjo, Sudiro dan Wikana. Mereka adalah kelompok gerakan Kaigun (AL) Jepang.
Mereka yang tergabung dalam kelompok di bawah tanah, berusaha untuk mencari informasi dan peluang untuk bisa melihat kelemahan pasukan militer Jepang dan usaha mereka akan dapat Anda lihat hasilnya pada saat Jepang telah kalah dari Sekutu, kelompok pemudalah yang lebih cepat dapat informasi tersebut serta merekalah yang akhirnya mendesak golongan tua untuk secepatnya melakukn proklamasi.
Demikianlah gambaran tentang aktifitas pergerakan Nasional yang dilakukan oleh kelompok organisasi maupun gerakan sosial pada masa pemerintah pendudukan Jepang, tentu Anda dapat memahami sebab-sebab kegagalan dan mengapa para tokoh pergerakan lebih memilih sikap kooperatif menghadapi pemerintahan militer Jepang yang sangat ganas/kejam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Kerajaan-kerajaan islam di Indoneisa

Kerajaan-Kerajaan Bercorak Islam di Indonesia

kerajaan-islam
Ada banyak kerajaan bercorak Islam yang terdapat mulai dari Sumatra sampai Maluku.

a. Kerajaan Perlak
Perlak adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak adalah sebuah kerajaan dengan masa pemerintahan cukup panjang. Kerajaan yang berdiri pada tahun 840 ini berakhir pada tahun 1292 karena bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai. Sejak berdiri sampai bergabungnya Perlak dengan Samudrar Pasai, terdapat 19 orang raja yang memerintah. Raja yang pertama ialah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225 – 249 H / 840 – 964 M). Sultan bernama asli Saiyid Abdul Aziz pada tanggal 1 Muhharam 225 H dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak. Setelah pengangkatan ini, Bandar Perlak diubah menjadi Bandar Khalifah.
Kerajaan ini mengalami masa jaya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662 H/1225-1263 M).
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiah. Sultan mengawinkan dua putrinya: Putri Ganggang Sari (Putri Raihani) dengan Sultan Malikul Saleh dari Samudra Pasai serta Putri Ratna Kumala dengan Raja Tumasik (Singapura sekarang).
Perkawinan ini dengan parameswara Iskandar Syah yang kemudian bergelar Sultan Muhammad Syah.
Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat kemudian digantikan oleh Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692 H/1263-1292 M). Inilah sultan terakhir Perlak. Setelah beliau wafat, Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai dengan raja Muhammad Malikul Dhahir yang adalah Putra Sultan Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari.
Perlak merupakan kerajaan yang sudah maju. Hal ini terlihat dari adanya mata uang sendiri. Mata uang Perlak yang ditemukan terbuat dari emas (dirham), dari perak (kupang), dan dari tembaga atau kuningan.

b. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al-saleh dan sekaligus sebagai raja pertama pada abad ke-13. Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhok Semawe sekarang (pantai timur Aceh).
Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.
(1) Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka.
(2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai.
(3) Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini sangat teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman singgah dan berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul kemudian.
Catatan lain mengenai kerajaan ini dapat diketahui dari tulisan Ibnu Battuta, seorang pengelana dari Maroko. Menurut Battuta, pada tahun 1345, Samudera Pasai merupakan kerajaan dagang yang makmur. Banyak pedagang dari Jawa, Cina, dan India yang datang ke sana. Hal ini mengingat letak Samudera Pasai yang strategis di Selat Malaka. Mata uangnya uang emas yang disebur deureuham (dirham).
Di bidang agama, Samudera Pasai menjadi pusat studi Islam. Kerajaan ini menyiarkan Islam sampai ke Minangkabau, Jambi, Malaka, Jawa, bahkan ke Thailand. Dari Kerajaan Samudra Pasai inilah kader-kader Islam dipersiapkan untuk mengembangkan Islam ke berbagai daerah. Salah satunya ialah Fatahillah. Ia adalah putra Pasai yang kemudian menjadi panglima di Demak kemudian menjadi penguasa di Banten.

c. Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.
Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau teungku.
Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di samping itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut Adat Mahkota Alam.
Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh. Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636- 1641). Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku, serta antara golongan aliran syiah dan sunnah sal jama’ah. Akhirnya, Belanda berhasil menguasai Aceh pada tahun 1904.
Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam.
Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama Islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari Singkil.
Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa.
Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya. Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya akan sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.

d. Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang dengan Peninggalannya
Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Patah ini pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15. Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan pusat perdagangan. Dengan bantuan para ulama Walisongo, Demak berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara.
Sebagai kerajaan, Demak diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak didirikan oleh Raden Patah (1500-1518) yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Raden Patah sebenarnya adalah Pangeran Jimbun, putra raja Majapahit. Pada masa pemerintahannya, Demak berkembang pesat. Daerah kekuasaannya meliputi daerah Demak sendiri, Semarang, Tegal, Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh di Palembang dan Jambi di Sumatera, serta beberapa wilayah di Kalimantan. Karena memiliki bandar-bandar penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik, Raden Patah memperkuat armada lautnya sehingga Demak berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu Malaka karena kepentingan Demak turut terganggu dengan hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan itu gagal.
Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521). Walau ia tidak memerintah lama, tetapi namanya cukup terkenal sebagai panglima perang yang berani.
Ia berusaha membendung pengaruh Portugis jangan sampai meluas ke Jawa. Karena mati muda, Adipati Unus kemudian digantikan oleh adiknya, Sultan Trenggono (1521-1546). Di bawah pemerintahannya, Demak mengalami masa kejayaan. Trenggono berhasil membawa Demak memperluas wilayah kekuasaannya. Pada tahun 1522, pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah menyerang Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Baru pada tahun 1527, Sunda Kelapa berhasil direbut. Dalam penyerangan ke Pasuruan pada tahun 1546, Sultan Trenggono gugur.
Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami kemunduran. Terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen, saudara Sultan Trenggono yang seharusnya menjadi raja dan Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian dikalahkan oleh Arya Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen.
Namun, Arya Penangsang pun kemudian dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggono yang menjadi Adipati di Pajang. Joko Tingkir (1549-1587) yang kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang.
Kerajaannya kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Pajang.
Sultan Hadiwijaya kemudian membalas jasa para pembantunya yang telah berjasa dalam pertempuran melawan Arya Penangsang. Mereka adalah Ki Ageng Pemanahan menerima hadiah berupa tanah di daerah Mataram (Alas Mentaok), Ki Penjawi dihadiahi wilayah di daerah Pati, dan keduanya sekaligus diangkat sebagai bupati di daerahnya masing-masing. Bupati Surabaya yang banyak berjasa menundukkan daerah-daerah di Jawa Timur diangkat sebagai wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya, dan Panarukan.
Ketika Sultan Hadiwijaya meninggal, beliau digantikan oleh putranya Sultan Benowo. Pada masa pemerintahannya, Arya Pangiri, anak dari Sultan Prawoto melakukan pemberontakan. Namun, pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh Pangeran Benowo dengan bantuan Sutawijaya, anak angkat Sultan Hadiwijaya. Tahta Kerajaan Pajang kemudian diserahkan Pangeran Benowo kepada Sutawijaya. Sutawijaya kemudian memindahkan pusat Kerajaan Pajang ke Mataram.
Di bidang keagamaan, Raden Patah dan dibantu para wali, Demak tampil sebagai pusat penyebaran Islam. Raden Patah kemudian membangun sebuah masjid yang megah, yaitu Masjid Demak.
Dalam bidang perekonomian, Demak merupakan pelabuhan transito (penghubung) yang penting. Sebagai pusat perdagangan Demak memiliki pelabuhan-pelabuhan penting, seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Gresik. Bandar-bandar tersebut menjadi penghubung daerah penghasil rempah-rempah dan pembelinya. Demak juga memiliki penghasilan besar dari hasil pertaniannya yang cukup besar. Akibatnya, perekonomian Demak berkembang degan pesat.

e. Kerajaan Mataram dan Peninggalannya
Sutawijaya yang mendapat limpahan Kerajaan Pajang dari Sutan Benowo kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke daerah kekuasaan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, di Mataram. Sutawijaya kemudian menjadi raja Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama.
Pemerintahan Panembahan Senopati (1586-1601) tidak berjalan dengan mulus karena diwarnai oleh pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang berpusat di Kotagede (sebelah tenggara kota Yogyakarta sekarang) ini selalu terjadi perang untuk menundukkan para bupati yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram, seperti Bupati Ponorogo, Madiun, Kediri, Pasuruan bahkan Demak. Namun, semua daerah itu dapat ditundukkan. Daerah yang terakhir dikuasainya ialah Surabaya dengan bantuan Sunan Giri.
Setelah Senopati wafat, putranya Mas Jolang (1601-1613) naik tahta dan bergelar Sultan Anyakrawati. Dia berhasil menguasai Kertosono, Kediri, dan Mojoagung. Ia wafat dalam pertempuran di daerah Krapyak sehingga kemudian dikenal dengan Pangeran Sedo Krapyak.
Mas Jolang kemudian digantikan oleh Mas Rangsang (1613-1645). Raja Mataram yang bergelar Sultan Agung Senopati ing Alogo Ngabdurracham ini kemudian lebih dikenal dengan nama Sultan Agung. Pada masa pemerintahannya, Mataram mencapai masa keemasan. Pusat pemerintahan dipindahkan ke Plered. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Sultan Agung bercita-cita mempersatukan Jawa. Karena merasa sebagai penerus Kerajaan Demak, Sultan Agung menganggap Banten adalah bagian dari Kerajaan Mataram. Namun, Banten tidak mau tunduk kepada Mataram. Sultan Agung kemudian berniat untuk merebut Banten.
Namun, niatnya itu terhambat karena ada VOC yang menguasai Sunda Kelapa. VOC juga tidak menyukai Mataram. Akibatnya, Sultan Agung harus berhadapan dulu dengan VOC. Sultan Agung dua kali berusaha menyerang VOC: tahun 1628 dan 1629.
Penyerangan tersebut tidak berhasil, tetapi dapat membendung pengaruh VOC di Jawa.
Sultan Agung membagi sistem pemerintahan Kerajaan Mataram seperti berikut.
(1) Kutanegara, daerah pusat keraton. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh Patih Lebet (Patih Dalam) yang dibantu Wedana Lebet (Wedana Dalam).
(2) Negara Agung, daerah sekitar Kutanegara. Pelaksanaan pemerintahan dipegang Patih Jawi (Patih Luar) yang dibantu Wedana Jawi (Wedana Luar).
(3) Mancanegara, daerah di luar Negara Agung. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh para Bupati.
(4) Pesisir, daerah pesisir. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh para Bupati atau syahbandar.
Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan digantikan oleh Amangkurat I (1645-1677). Amangkurat I menjalin hubungan dengan Belanda. Pada masa pemerintahannya. Mataram diserang oleh Trunojaya dari Madura, tetapi dapat digagalkan karena dibantu Belanda.
Amangkurat I kemudian digantikan oleh Amangkurat II (1677-1703). Pada masa pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram makin menyempit karena diambil oleh Belanda.
Setelah Amangkurat II, raja-raja yang memerintah Mataram sudah tidak lagi berkuasa penuh karena pengaruh Belanda yang sangat kuat. Bahkan pada tahun 1755, Mataram terpecah menjadi dua akibat Perjanjian Giyanti:
Ngayogyakarta Hadiningrat (Kesultanan Yogyakarta) yang berpusat di Yogyakarta dengan raja Mangkubumi yang bergelar Hamengku Buwono I dan Kesuhunan Surakarta yang berpusat di Surakarta dengan raja Susuhunan Pakubuwono III. Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan Mataram.
Kehidupan sosial ekonomi Mataram cukup maju. Sebagai kerajaan besar, Mataram maju hampir dalam segala bidang, pertanian, agama, budaya. Pada zaman Kerajaan Majapahit, muncul kebudayaan Kejawen, gabungan antara kebudayaan asli Jawa, Hindu, Buddha, dan Islam, misalnya upacara Grebeg, Sekaten. Karya kesusastraan yang terkenal adalah Sastra Gading karya Sultan Agung. Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan perhitungan bulan.

f. Kerajaan Banten
Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah memiliki 2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran Sabakingkin. Pangeran Pasareaan berkuasa di Cirebon. Pada tahun 1522, Pangeran Saba Kingkin yang kemudian lebih dikenal dengan nama Hasanuddin diangkat menjadi Raja Banten.
Setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten kemudian melepaskan diri dari Demak. Berdirilah Kerajaan Banten dengan rajanya Sultan Hasanudin (1522- 1570). Pada masa pemerintahannya, pengaruh Banten sampai ke Lampung. Artinya, Bantenlah yang menguasai jalur perdagangan di Selat Sunda. Para pedagang dari Cina, Persia, Gujarat, Turki banyak yang mendatangi bandar-bandar di Banten. Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan selain karena letaknya sangat strategis, Banten juga didukung oleh beberapa faktor di antaranya jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) sehingga para pedagang muslim berpindah jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Faktor lainnya, Banten merupakan penghasil lada dan beras, komoditi yang laku di pasaran dunia.
Sultan Hasanudin kemudian digantikan putranya, Pangeran Yusuf (1570-1580).
Pada masa pemerintahannya, Banten berhasil merebut Pajajaran dan Pakuan.
Pangeran Yusuf kemudian digantikan oleh Maulana Muhammad. Raja yang bergelar Kanjeng Ratu Banten ini baru berusia sembilan tahun ketika diangkat menjadi raja. Oleh sebab itu, dalam menjalankan roda pemerintahan, Maulana Muhammad dibantu oleh Mangkubumi. Dalam tahun 1595, dia memimpin ekspedisi menyerang Palembang. Dalam pertempuran itu, Maulana Muhammad gugur.
Maulana Muhammad kemudian digantikan oleh putranya Abu’lmufakhir yang baru berusia lima bulan. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Abu’lmufakhir dibantu oleh Jayanegara. Abu’lmufakhir kemudian digantikan oleh Abu’ma’ali Ahmad Rahmatullah. Abu’ma’ali Ahmad Rahmatullah kemudian digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692).
Sultan Ageng Tirtayasa menjadikan Banten sebagai sebuah kerajaan yang maju dengan pesat. Untuk membantunya, Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1671 mengangkat purtanya, Sultan Abdulkahar, sebagi raja pembantu. Namun, sultan yang bergelar Sultan Haji berhubungan dengan Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak menyukai hal itu berusaha mengambil alih kontrol pemerintahan, tetapi tidak berhasil karena Sultan Haji didukung Belanda. Akhirnya, pecahlah perang saudara. Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap dan dipenjarakan. Dengan demikian, lambat laun Banten mengalami kemunduran karena tersisih oleh Batavia yang berada di bawah kekuasaan Belanda.

g. Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan oleh salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak mengirimkan pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya. Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta.
Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Pasarean. Inilah raja yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya.
Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
Dengan politik de vide at impera yang dilancarkan Belanda yang pada saat itu sudah berpengaruh di Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua menjadi Kasultanan Kanoman dan Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan Cirebon terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Cirebon berhasil dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.

h. Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua kerjaan:
Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu. Raja Gowa, Daeng Manrabia, menjadi raja bergelar Sultan Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya, menjadi perdana menteri bergelar Sultan Abdullah. Karena pusat pemerintahannya terdapat di Makassar, Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar.
Karena posisinya yang strategis di antara wilayah barat dan timur Nusantara, Kerajaan Gowa dan Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya rempah-rempah. Kerajaan Makassar memiliki pelaut-pelaut yang tangguh terutama dari daerah Bugis. Mereka inilah yang memperkuat barisan pertahanan laut Makassar.
Raja yang terkenal dari kerajaan ini ialah Sultan Hasanuddin (1653-1669).
Hasanuddin berhasil memperluas wilayah kekuasaan Makassar baik ke atas sampai ke Sumbawa dan sebagian Flores di selatan.
Karena merupakan bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur, Hasanuddin bercita-cita menjadikan Makassar sebagai pusat kegiatan perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini merupakan ancaman bagi Belanda sehingga sering terjadi pertempuran dan perampokan terhadap armada Belanda. Belanda kemudian menyerang Makassar dengan bantuan Aru Palaka, raja Bone. Belanda berhasil memaksa Hasanuddin, Si Ayam Jantan dari Timur itu menyepakati Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi perjanjian itu ialah: Belanda mendapat monopoli dagang di Makassar, Belanda boleh mendirikan benteng di Makassar, Makassar harus melepaskan jajahannya, dan Aru Palaka harus diakui sebagai Raja Bone.
Sultan Hasanuddin kemudian digantikan oleh Mapasomba. Namun, Mapasomba tidak berkuasa lama karena Makassar kemudian dikuasai Belanda, bahkan seluruh Sulawesi Selatan.
Tata kehidupan yang tumbuh di Makassar dipengaruhi oleh hukum Islam.
Kehidupan perekonomiannya berdasarkan pada ekonomi maritim: perdagangan dan pelayaran. Sulawesi Selatan sendiri merupakan daerah pertanian yang subur. Daerah-daerah taklukkannya di tenggara seperti Selayar dan Buton serta di selatan seperti Lombok, Sumbawa, dan Flores juga merupakan daerah yang kaya dengan sumber daya alam. Semua itu membuat Makassar mampu memenuhi semua kebutuhannya bahkan mampu mengekspor.
Karena memiliki pelaut-pelaut yang tangguh dan terletak di pintu masuk jalur perdagangan Indonesia Timur, disusunlah Ade’Allapialing Bicarana Pabbalri’e, sebuah tata hukum niaga dan perniagaan dan sebuah naskah lontar yang ditulis oleh Amanna Gappa.

i. Kerajaan Ternate dan Tidore
Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja.
Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama cengkih.
Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai sekutunya.
Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate, terjadi pertikaian terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama ingin memonopoli hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut. Di lain pihak, ternyata bangsa Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi juga berusaha menyebarkan ajaran agama mereka. Penyebaran agama ini mendapat tantangan dari Raja Ternate, Sultan Khairun (1550-1570). Ketika diajak berunding oleh Belanda di benteng Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis.
Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik kembali. Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Baabullah (1570-1583). Pada masa pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas dari bantuan Sultan Tidore. Sultan Khairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina.
Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore sampai ke Halmahera, Seram, bahkan Kai di selatan dan Misol di Irian.
Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan.
Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal bahkan sampai ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan Asia datang ke Nusantara. Para pedagang itu membawa barang-barangnya dan menukarkannya dengan rempah-rempah. Proses perdagangan ini pada awalnya menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan berlakunya politik monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat.

sumber : http://dahlanforum.wordpress.com/2009/05/02/kerajaan-kerajaan-bercorak-islam-di-indonesia/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Sejarah berdirinya GAM

GAM

Bendera GAM
Bendera GAM
         Gerakan Aceh Merdeka, atau GAM adalah sebuah organisasi (yang dianggap separatis) yang memiliki tujuan supaya daerah Aceh atau yang sekarang secara resmi disebut Nanggroe Aceh Darussalam lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konflik antara pemerintah dan GAM yang diakibatkan perbedaan keinginan ini telah berlangsung sejak tahun 1976 dan menyebabkan jatuhnya hampir sekitar 15,000 jiwa. Gerakan ini juga dikenal dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF)
        GAM dipimpin oleh Hasan di Tiro yang sekarang menetap di Swedia dan berkewarganegaraan Swedia.
Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah memulai tahap perundingan di Vantaa, Finlandia. Mantan presiden Finlandia Marti Ahtisaari berperan sebagai fasilitator.
Pada 17 Juli 2005, setelah perundingan selama 25 hari, tim perunding Indonesia berhasil mencapai kesepakatan damai dengan GAM di Vantaa, Helsinki, Finland. Penandatanganan nota kesepakatan damai dilangsungkan pada 15 Agustus 2005. Proses perdamaian selanjutnya dipantau oleh sebuah tim yang bernama Aceh Monitoring Mission (AMM) yang beranggotakan lima negara ASEAN dan beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Di antara poin pentingnya adalah bahwa pemerintah Indonesia akan turut memfasilitasi pembentukan partai politik lokal di Aceh dan pemberian amnesti bagi anggota GAM.
Seluruh senjata GAM yang mencapai 840 pucuk selesai diserahkan kepada AMM pada 19 Desember 2005. Kemudian pada 27 Desember, GAM melalui juru bicara militernya, Sofyan Daud, menyatakan bahawa sayap tentara mereka telah dibubarkan secara formal.

Sejarah Terbentuknya GAM

    Lahir karena Penindasan dan Pelecehan di Tanah Adat, pemerintah mulai memberlakukan darurat militer di Aceh. Enam bulan lamanya operasi yang dilakukan TNI. Militer diterjunkan untuk melumpuhkan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Lima hari setelah RI diproklamasikan, Aceh menyatakan dukungan sepenuhnya terhadap kekuasaan pemerintahan yang berpusat di Jakarta. Di bawah Residen Aceh, yang juga tokoh terkemuka, Tengku Nyak Arief, Aceh menyatakan janji kesetiaan, mendukung kemerdekaan RI dan Aceh sebagai bagian tak terpisahkan.
Pada 23 Agustus 1945, sedikitnya 56 tokoh Aceh berkumpul dan mengucapkan sumpah. Demi Allah, saya akan setia untuk membela kemerdekaan Republik Indonesia sampai titik darah saya yang terakhir. Kecuali Mohammad Daud Beureueh, seluruh tokoh dan ulama Aceh mengucapkan janji itu. Pukul 10.00, Husein Naim dan M Amin Bugeh mengibarkan bendera di gedung Shu Chokan (kini, kantor gubernur). Tengku Nyak Arief gubernur di bumi Serambi Mekah.
Tetapi, ternyata tak semua tokoh Aceh mengucapkan janji setia. Mereka para hulubalang, prajurit di medan laga yaitu prajurit yang berjuang melawan Belanda dan Jepang. Mereka yakin, tanpa RI, mereka bisa mengelola sendiri negara Aceh. Inilah kisah awal sebuah gerakan kemerdekaan. Motornya adalah Daud Cumbok. Markasnya di daerah Bireuen. Tokoh-tokoh ulama menentang Daud Cumbok. Melalui tokoh dan pejuang Aceh, M. Nur El Ibrahimy, Daud Cumbok digempur dan kalah. Dalam sejarah, perang ini dinamakan perang saudara atau Perang Cumbok yang menewaskan tak kurang 1.500 orang selama setahun hingga 1946.
Tahun 1948, ketika pemerintahan RI berpindah ke Yogyakarta dan Syafrudin Prawiranegara ditunjuk sebagai Presiden Pemerintahan Darurat RI (PDRI), Aceh minta menjadi propinsi sendiri. Saat itulah, M. Daud Beureueh ditunjuk sebagai Gubernur Militer Aceh. Oleh karena kondisi negara terus labil dan Belanda merajalela kembali, muncul gagasan melepaskan diri dari RI. Ide datang dari dr. Mansur. Wilayahnya tak cuma Aceh. Tetapi, meliputi Aceh, Nias, Tapanuli, Sumatera Selatan, Lampung, Bengkalis, Indragiri, Riau, Bengkulu, Jambi, dan Minangkabau. Daud Beureueh menentang ide ini. Dia pun berkampanye kepada seluruh rakyat, bahwa Aceh adalah bagian RI. Sebagai tanda bukti, Beureueh memobilisasi dana rakyat.
Setahun kemudian, 1949, Beureueh berhasil mengumpulkan dana rakyat 500.000 dolar AS. Uang itu disumbangkan utuh buat bangsa Indonesia. Uang itu diberikan ABRI 250 ribu dolar, 50 ribu dolar untuk perkantoran pemerintahan negara RI, 100 ribu dolar untuk pengembalian pemerintahan RI dari Yogyakarta ke Jakarta, dan 100 ribu dolar diberikan kepada pemerintah pusat melalui AA Maramis. Aceh juga menyumbang emas lantakan untuk membeli obligasi pemerintah, membiayai berdirinya perwakilan RI di India, Singapura dan pembelian dua pesawat terbang untuk keperluan para pemimpin RI. Saat itu Soekarno menyebut Aceh adalah modal utama kemerdekaan RI.
Setahun berlangsung, kekecewaan tumbuh. Propinsi Aceh dilebur ke Propinsi Sumatera Utara. Rakyat Aceh marah. Apalagi, janji Soekarno pada 16 Juni 1948 bahwa Aceh akan diberi hak mengurus rumah tangganya sendiri sesuai syariat Islam tak juga dipenuhi.
Intinya, Daud Beureueh ingin pengakuan hak menjalankan agama di Aceh. Bukan dilarang. Beureueh tak minta merdeka, cuma minta kebebasan menjalankan agamanya sesuai syariat Islam. Daud Beureueh pun menggulirkan ide pembentukan Negara Islam Indonesia pada April 1953. Ide ini di Jawa Barat telah diusung Kartosuwiryo pada 1949 melalui Darul Islam. Lima bulan kemudian, Beureueh menyatakan bergabung dan mengakui NII Kartosuwiryo.
Dari sinilah lantas Beureueh melakukan gerilya. Rakyat Aceh, yang notabene Islam, mendukung sepenuhnya ide NII itu. Tentara NII pun dibentuk, bernama Tentara Islam Indonesia (TII). Lantas, terkenallah pemberontakan DI/TII di sejumlah daerah. Beureueh lari ke hutan. Cuma, ada tragedi di sini. Pada 1955 telah terjadi pembunuhan masal oleh TNI. Sekitar 64 warga Aceh tak berdosa dibariskan di lapangan lalu ditembaki. Aksi ini mengecewakan tokoh Aceh yang pro-Soekarno. Melalui berbagai gejolak dan perundingan, pada 1959, Aceh memperoleh status propinsi daerah istimewa.
Soekarno makin represif. Setiap ketidakpuasan dihancurkan oleh kekuatan militer. PRRI/Permesta pun disikat habis. Republik Persatuan Indonesia (RPI) pun ditumpas. Pemimpinnya ditangkapi. Tahun 1961, Presiden RPI Syfarudin Prawiranegara menyerah. Diikuti tokoh DI/TII lainnya, seperti M Natsir. Tetapi, Daud Beureueh tetap gerilya di hutan, melawan Soekarno.
Dikhianati
Beureueh merasa dikhianati Soekarno. Bung Karno tidak mengindahkan struktur kepemimpinan adat dan tak menghargai peranan ulama dalam kehidupan bernegara. Padahal, rakyat Aceh itu sangat besar kepercayaannya kepada ulama. Gerilya dilakukan. Tetapi, Bung Karno mengerahkan tentaranya ke Aceh. Tahun 1962, Beureueh dibujuk menantunya El Ibrahimy agar menuruti Menhankam AH Nasution untuk menyerah. Beureueh menurut karena ada janji akan dibuatkan UU Syariat Islam bagi rakyat Aceh (baru terwujud tahun 2001).
GAM lahir di era Soeharto. Saat itu, sedang terjadi industrialisasi di Aceh. Soeharto benar-benar mencampakkan adat dan segala penghormatan rakyat Aceh. Efek judi melahirkan prostitusi, mabuk-mabukan, bar, dan segala macam yang bertentangan dengan Islam dan adat rakyat Aceh. Kekayaan alam Aceh dikuras melalui pembangunan industri yang dikuasai orang asing melalui restu pusat. Sementara rakyat Aceh tetap miskin. Pendidikan rendah, kondisi ekonomi sangat memprihatinkan.
Melihat hal ini, Daud Beureueh dan tokoh tua Aceh yang sudah tenang kemudian bergerilya kembali untuk mengembalikan kehormatan rakyat, adat Aceh dan agama Islam. Pertemuan digagas tahun 1970-an. Mereka sepakat meneruskan pembentukan Republik Islam Aceh, yakni sebuah negeri yang mulia dan penuh ampunan Tuhan. Kini mereka sadar, tujuan itu tak bisa tercapai tanpa senjata.
Lalu diutuslah Zainal Abidin menemui Hasan Tiro yang sedang belajar di Amerika. Pertemuan terjadi tahun 1972 dan disepakati Tiro akan mengirim senjata ke Aceh. Zainal tak lain adalah kakak Tiro. Sayang, senjata tak juga dikirim hingga Beureueh meninggal. Hasan Asleh, Jamil Amin, Zainal Abidin, Hasan Tiro, Ilyas Leubee, dan masih banyak lagi berkumpul di kaki Gunung Halimun, Pidie. Di sana, pada 24 Mei 1977, para tokoh eks DI/TII dan tokoh muda Aceh mendirikan GAM. Selama empat hari bersidang, Daud Beureueh ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi. Sementara Hasan Tiro yang tak hadir dalam pendirian GAM itu ditunjuk sebagai wali negara. GAM terdiri atas 15 menteri, empat pejabat setingkat menteri dan enam gubernur. Mereka pun bergerilya memuliakan rakyat Aceh, adat, dan agamanya yang diinjak-injak Soeharto.

Miliki Pabrik Senjata dan Berlatih di Libia
Setelah didirikan, GAM mendapat dukungan rakyat. Hubungan dengan dunia internasional terus dibangun. Kekuatan bersenjata pun disusun. Begitu juga dengan jumlah personil anggota GAM, sumber dana dan jaringan internasionalnya. Batas akhir maklumat pemerintah 12 Mei lalu. Hingga batas waktu ultimatum, pemerintah tak juga mengeluarkan keputusan sebagai tanda awal operasi militer ke Aceh. Konon, saat itu pemerintah menghitung kekuatan TNI di sana. Ada kekhawatiran, TNI bakal dilibas GAM melalui perang gerilya.
Secara tidak langsung, kabar ini menyiratkan ketangguhan kekuatan bersenjata GAM. Sesungguhnya jumlah anggota GAM itu sebagian besar rakyat Aceh. Filosofinya begini. Jika rakyat terus ditindas, maka seluruh rakyat itu akan bangkit melawan. Dan, hal seperti inilah yang terjadi di bumi Serambi Mekah itu. Perlawanan GAM mendapat simpati luar biasa dari rakyat Aceh. Rakyat yang lama ternista dan teraniaya. Sambil berkelakar, Panglima Tertinggi GAM dan Wakil Wali Negara Aceh Tengku Abdullah Syafei (alm) sempat mengatakan, bayi-bayi warga Aceh telah disediakan senjata AK-47 oleh GAM. Mereka akan dididik dan dilatih sebagai tentara GAM dan segera pergi berperang melawan TNI.
Sejatinya, basis perjuangan GAM dilakukan dalam dua sisi, diplomatik dan bersenjata. Jalur diplomasi langsung dipimpin Hasan Tiro dari Swedia. Opini dunia dikendalikan dari sini. Sementara basis militer dikendalikan dari markasnya di perbatasan Aceh Utara-Pidie. Seluruh kekuatan GAM dioperasikan dari tempat ini. Termasuk, seluruh komando di sejumlah wilayah di Aceh dan di beberapa negara seperti Malaysia, Pattani (Thailand), Moro (Filipina), Afghanistan, dan Kazakhstan. Tetapi, kerap GAM menipu TNI dengan cara mengubah-ubah tempat markas utamanya.
Di seluruh Aceh, GAM membuka tujuh komando, yaitu komando wilayah Pase Pantebahagia, Peurulak, Tamiang, Bateelik, Pidie, Aceh Darussalam, dan Meureum. Masing-masing komando dibawahi panglima wilayah.
Sejak berdiri tahun 1977, GAM dengan cepat melakukan pendidikan militer bagi anggota-anggotanya. Setidaknya tahun 1980-an, ribuan anak muda dilatih di camp militer di Libia. Saat itu, Presiden Libia Mohammar Khadafi mengadakan pelatihan militer bagi gerakan separatis dan teroris di seluruh dunia. Hasan Tiro berhasil memasukkan nama GAM sebagai salah satu peserta pelatihan. Pemuda kader GAM juga berhasil masuk dalam latihan di camp militer di Kandahar, Afghanistan pimpinan Osama bin Laden.
Gelombang pertama masuk tahun 1986, selanjutnya terus dilakukan hingga akhir 1990. Selama DOM, pengiriman tersendat. Tetapi, angkatan 1995-1998 sudah mendapat latihan intensif. Ketika DOM dicabut, prajurit dari Libia ini ditarik ke Aceh. Jumlahnya sekitar 5.000 personel dan dijadikan pasukan elite GAM (semacam Kopassus).
Jalur ke Libia memang agak mudah. Dari Aceh, para pemuda Aceh itu dikirim melalui Malaysia lalu menuju Libia. Jalur lainnya dari Aceh lalu ke Thailand menuju Afghanistan dan melanjutkan ke Libia. Dari jalur ketiga, yakni melalui Aceh menuju Filipina Selatan dan ke Libia. Tiga jalur penting ini hampir selalu lolos dari jangkauan petugas imigrasi, polisi, dan patroli TNI-AL.
Di era Syafei hingga sekarang dipegang Muzakkir Manaf, personel GAM terdiri atas pasukan tempur, intelijen, polisi, pasukan inong balee (pasukan janda korban DOM) dan karades (pasukan khusus) serta Lasykar Tjut Nyak Dien (tentara wanita).
Wakil Panglima GAM Wilayah Pase Akhmad Kandang (alm) pernah mengklaim, jumlah personel GAM 70 ribu. Anggota GAM 490 ribu. Jumlah itu termasuk jumlah korban DOM 6.169 orang.
Sumber resmi Mabes TNI cuma menyebut sekitar enam ribu orang. Mantan Menhan Machfud MD menyebut 4.869 personel. Dari jumlah itu, 804 di antaranya dididik di Libia dan 115 dilatih di Filipina -- Moro. Persediaan senjatanya terdiri atas pistol, senapan, GLM, mortir, granat, pelontar granat, pelontar roket, RPG, dan bom rakitan. Jenis senapan di antaranya AK-47, M-16, FN, Colt, dan SS-1.
Dari mana persenjataan itu diperoleh? Ada jalur internasional yang menyuplainya. Sejumlah negara disebut antara lain, gerakan separatis Pattani Thailand, Malaysia, gerakan Islam Moro Filipina, eks pejuang Kamboja, gerakan separatis Sikh India, gerakan Elan Tamil, dan Kazhakstan serta Libia dan Afghanistan. GAM juga membuat pabrik senjata. Di antaranya, di Kreung Sabe, Teunom -- Aceh Barat -- dan di Lhokseumawe dan Nisau-Aceh Utara serta di Aceh Timur. Jenis senjata yang diproduksi seperti bom, amunisi, senjata laras panjang dan pendek, pabrik senjata ini bisa dibongkar pasang sesuai dengan kondisi medan. Jika akan diserbu TNI, pabrik senjata telah dipindahkan ke daerah lain. Para ahli senjata disekolahkan ke Afghanistan dan Libia.
Senjata-senjata GAM juga berasal dari Jakarta dan Bandung. Pasar gelap senjata ini dilakukan oleh oknum TNI dan Polri yang haus kekayaan. Bagi GAM, asal ada senjata, uang tidak masalah. Sebab, faktanya GAM ternyata memiliki sumber dana yang sangat besar. Jumlah pembelian ke oknum TNI/Polri ini bisa trilyunan rupiah. Sebuah penggerebekan tahun 2000 oleh Polda Metro Jaya sempat menemukan kuitansi Rp 3 milyar untuk pembelian senjata GAM di pasar gelap dari oknum TNI.
Kini, senjata yang dimiliki TNI juga dimiliki GAM. Yang tak dimiliki GAM adalah senjata berat. Sebab, sifatnya yang lamban. Prinsip GAM, senjata itu harus memiliki mobilitas tinggi, mudah dibawa ke mana-mana. Sebab, strategi perangnya yang cepat dan tepat. GAM bahkan mengaku memiliki senjata yang lebih modern daripada TNI. Misalnya, senjata otomatis yang dimiliki para karades. Senjata otomatis, berbentuk kecil mungil itu bisa tahan berhari-hari dalam air. Anggota karades inilah yang biasa menyusup ke kota-kota dan menyergap anggota TNI/Polri yang teledor.
Membeli senjata tentu memerlukan biaya yang tidak sedikit. GAM memiliki donatur tetap dari pengusaha-pengusaha Aceh yang sukses di luar negeri. Di antaranya, di Thailand, Malaysia, Singapura, Amerika, dan Eropa. Dana juga didapatkan dari sumbangan wajib yang diambil dari perusahaan-perusahaan lokal dan multinasional di Aceh.
Sebagai gambaran, tahun 2000 lalu, GAM meminta sumbangan wajib kepada seorang pengusaha lokal bernama Tengku Abu Bakar sebesar Rp 100 juta. Abu Bakar diberi surat berkop Neugara Atjeh-Sumatera tertanggal 15 Februari 2000 yang ditandatangani oleh Panglima GAM Wilayah Aceh Rajeuek Tengku Tanzura.
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah menyebut PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM) pernah menyetor Rp 10 milyar ke GAM untuk biaya keamanan. GAM kerap melakukan gangguan bila tidak mendapatkan sumbangan wajib tersebut. Makanya, setiap bulan, GAM mendapat upeti dari para pengusaha sahabat GAM itu.
Sistem komunikasi GAM juga sangat canggih. Sistem komunikasi berlapis dilakukan GAM sebagai benteng pertahanan dan propaganda. Selain handytalky, GAM juga memiliki radio tranking, radar dan telepon satelit. GAM juga memiliki penyadap telepon. Acap kali gerakan TNI/Polri dimentahkan aksi-aksi penyadapan ini. Penggerebekan sering kali gagal total.
Sistem organisasinya yang disusun dengan sistem sel juga membantu GAM survive. Tidak mudah menemukan markas GAM. Meski, ada sebagian anggota GAM yang ditangkap. Antara anggota dan pejabat satu dengan yang lain kadang tidak berhubungan, tidak saling mengenal.

sumber : http://acehpedia.org/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS